Home » » KARST GOA GONG, PACITAN

KARST GOA GONG, PACITAN

Written By Fahry Samalewa on Rabu, 22 Juni 2011 | Rabu, Juni 22, 2011

KARST

Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya closed depression, drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping. Potensi kawasan karst di Indonesia yang mencapai 140 ribu kilometer persegi belum dimanfaatkan secara baik oleh para pemangku kepentingan. Akibatnya, kawasan ini sering identik dengan daerah tandus, gersang, dan miskin. Padahal, kawasan karst dapat menjadi potensi wisata dengan panorama, lanskap, dan keindahan ornamen goa, juga sebagai sumber kebutuhan air, serta tersimpan bahan galian dan karbon.
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah �krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste .
Ciri-ciri daerah karst antara lain :
1.Daerahnya berupa cekungan-cekungan
2. Terdapat bukit-bukit kecil
3. Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
4.Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
5.Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping.
6.Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.

Gua terbentuk pada dasarnya karena masuknya air ke dalam tanah. Berikut ini tahapan proses terbentuknya gua :
a. Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu gamping menuju ke sungai
    permukaan. Mineral-mineral yang mudah larut dierosi dan lubang aliran air tanah tersebut semakin
    membesar.
b. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk jalur gua horisontal.
c. Setelah semakin dalam tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horisontal yang baru dan langit
langit atas gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua horisontal yang lama dan membentuk surupan 
 (sumuran gua).




Ornamen dan Keindahan Gua


Bentuk ornamen-ornamen gua merupakan keindahan alam yang jarang kita jumpai di alam terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen-ornamen gua ( speleotem ). Proses ini disebabkan karena air tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO2 daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap.
Berbagai ornamen gua yang sering di jumpai :
1. Stalaktit ( stalactite )
   Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3 ) yang mengkristal,
   dari tiap tetes air akan menambah tebal endapan yang membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua.
2. Stalakmit ( stalacmite )
   Merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan air dari atas langit-langit
   gua.
3. Tiang ( Column )
   Merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang akhirnya membentuk tiang yang
   menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu.
4. Tirai (drapery)
   Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan yang memanjang pada langit-langit
   yang miring hingga membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.
5. Teras Travertin
    Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu lantai tinggi ke lantai yang lebih
     rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium karbonat diendapkan di lantai gua
6. Geode
   Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas pelarutan air`tanah. Kemudian dalam
  kondisi yang berbeda terjadi pengendapan material mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh
  air`tanah pada bagian dinding rongga.

Take nothing but picture, Kill nothing but the time, Leave nothing but footprint motto tersebut merupakan pegangan para penelusur gua yang pada intinya bagaimana menelusuri keindahan gua tanpa perlu merusak dan mengganggunya. Gua merupakan salah satu ciri khas kawasan karst. Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber daya hayati dan non hayati.
Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) karena keunikannya.

KARST PACITAN

Merupakan pegunungan yang terbentuk terutama dari formasi batugamping berumur Miosen Tengah –Pliosen (kira-kira 15 hingga 2 juta tahun) yang dikenal sebagai Formasi Wonosari-Punung. Keberadaan formasi batu gamping yang luas dan tebal ini menjadikan proses karstifikasi berjalan intensif, terutama diperkirakan ketika Pulau Jawa mulai terangkat sekitar dua juta tahun yang lalu. Proses pelarutan batuan itu pun berjalan hingga kini menghasilkan deretan bukit-bukit yang terutama didominasi bentuk-bentuk kubah. Sekalipun arti namanya “gunung seribu,” kenyataannya bukit-bukit kubah karst batugamping di sini dapat mencapai jumlah lebih kurang lima ribu bukit.



GOA GONG

Gua Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia, merupakan satu dari gua-gua yang tersembunyi di perut gunung-gunung kecil yang ada di Pacitan. Gua ini merupakan gua horizontal dengan panjang sekitar 256 meter. Di gua itu terdapat stalaktit, batuan kapur berbentuk kerucut di langit-langit gua, dan stalagmit, batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, gua ini merupakan gua dengan stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara

Jarak dari Kota Pacitan ke Gua Gong sekitar 30 kilometer. Jalan raya yang mulus dengan beberapa petunjuk jalan akan memudahkan Anda menjangkau obyek wisata tersebut. Untuk mencapai Gua Gong, Anda dapat menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah jalur yang melalui Pracimantoro, Wonosari, Gunung Kidul. Sedangkan jalur yang kedua dari Kota Pacitan. Cara termudah mencapai Pacitan adalah melalui Solo. Dari kota itu tersedia cukup banyak bus dan jalannya lebar serta mulus. Sebaliknya, jika kita berangkat dari Surabaya, kita harus berganti angkutan tiga kali. Dari Surabaya menuju Madiun, lalu berganti bus ke Ponorogo. Dari Ponorogo kita naik bus kecil jurusan Pacitan.

Tiket masuk Gua Gong terbilang murah. Dengan hanya membayar Rp4.000,00, Anda sudah dapat menikmati keelokan gua tersebut. Bagi Anda yang ingin menggunakan lampu senter sebagai penerang tambahan, Anda bisa menyewanya seharga Rp3.000,00.

Fasilitas yang tersedia di kawasan Gua Gong antara lain toko suvenir, rumah makan, tempat parkir, WC umum, dan musholla. Bagi wisatawan yang ingin mengetahui seluk-beluk Gua Gong secara detail, mereka dapat menyewa pemandu yang ada di kawasan ini. Namun, bagi yang tidak ingin menyewa pemandu dapat membeli buku panduan yang ada. Bagi Anda yang ingin menginap, Anda dapat menyewa hotel ataupun penginapan yang ada di Kota Pacitan

Gua ini dinamai Gua Gong karena menurut cerita yang beredar di masyarakat, dari dalam gua ini sering terdengar bunyi-bunyian yang menyerupai suara gong. Proses ditemukannya Gua Gong terjadi secara tidak sengaja. Pada suatu ketika terjadi musim kemarau yang berkepanjangan, Dusun Pule terjadi kekeringan. Air sangat sulit untuk diperoleh. Jangankan untuk bercocok tanam, untuk air minum dan keperluan sehari-hari saja mengalami kekurangan. Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo berinisiatif untuk mencari air ke dalam gua yang ada di tempat itu. Dengan menggunakan obor yang terbuat dari daun kelapa kering yang diikat, mereka mecoba menelusuri lorong-lorong gua. Setelah menghabiskan tujuh ikat obor, mereka menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Penemuan itu terjadi sekitar tahun 1930.

Selama 65 tahun gua itu dibiarkan terbengkalai begitu saja. Hingga akhirnya pada hari Minggu Pon, 5 Maret 1995, dimulailah eksplorasi terhadap gua tersebut. Singkat cerita satu rombongan yang berjumlah delapan orang berhasil menemukan dan menyusuri lorong-lorong yang ada di gua tersebut (www.pacitanweb.com). Karena usaha merekalah keindahan Gua Gong bisa dinikmati oleh wisatawan hingga saat ini.

Saat Kita memasuki gua ini, kita akan disambut oleh deretan ornamen ymemenuhi langit-langit gua. Semakin melangkah ke dalam, semakin banyak stalaktit dan stalagmit yang terlihat. Semua memadati lorong gua, menghiasi tiap meter sisi tangga. Ornamen-ornamen itu diperkirakan berusia ratusan tahun. Di beberapa tempat, stalaktit dan stalagmit bertemu hingga membentuk tiang (column) yang menyerupai pilar-pilar bangunan gotik. Ornamen itu terlihat lebih indah karena terkena pantulan cahaya lampu warna-warni.

Satu ornamen yang sangat indah adalah sekumpulan tirai (drapery) raksasa yang dipenuhi oleh bintik-bintik mutiara laksana ribuan pendar cahaya kunang-kunang. Suasana gua yang temaram semakin menambah gemerlap ribuan titik-titik kecil itu. Keindahan ornamen Gua Gong yang sangat memukau diabadikan dengan berbagai nama, misalnya Selo Cengger Bumi, Selo Gerbang Giri, Selo Citro Cipto Agung, Selo Pakuan Bomo, Selo Adi Citro Buwono, Selo Bantaran Angin, dan Selo Susuh Angin.

Selain keindahan stalaktit dan stalagmitnya, Goa Gong juga memiliki lima sendang yang bernilai magis bagi yang mempercayainya. Sendang-sendang tersebut antara lain: Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan, dan Sendang Relung Nisto yang dipercaya memiliki nilai magis untuk menyembuhkan penyakit.

Gua Gong juga memiliki beberapa ruangan. Ruang pertama adalah ruang Sendang Bidadari yang terdapat sendang kecil dengan air dingin dan bersih di dalamnya.Ruang kedua adalah ruang Bidadari. Menurut cerita, di ruangan ini kadang melintas bayangan seorang wanita cantik yang menyerupai bidadari. Ruang ketiga dan keempat adalah ruang kristal dan marmer, di mana di dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer dengan kualitas yang mendekati sempurna. Ruangan kelima merupakan ruangan yang paling lapang. Di tempat ini pernah diadakan konser musik empat negara (Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis) dalam rangka mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara. Ruang keenam adalah ruang pertapaan, dan ruang terakhir adalah ruang Batu Gong. Di ruangan ini terdapat batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan bunyi seperti Gong.
Sumber: 
 blog.fitb.itb.ac.id
  www.wikipedia.org
 www.wisatamelayu.com
 www.ugm.ac.id
                                                                                                                           





1 komentar:

Total Tayangan Halaman